Assalamualaikum wr.wb.
Tarawih (bukan tarawikh) ialah kalimah jamak
(plural) dari kata 'tarwihah'. Menurut kamus ialah duduk istirahat, maka solat
tarawih ialah solat yg diselangselingi dgn rehat. (al Mu'jam alWasit, Dar
alFikr: 1/380). Menurut istilah agama pula, solat tarawih ialah solat sunat
malam hari yg khusus dilakukan pd malam Bulan Ramadhan, dilakukan selepas solat Isya'. Istilah solat tarawikh ini tidak ujud pd zaman
Nabawi dan kalau kata Nabi saw tidak pernah solat tarawih pun boleh diterima
(secara humor).
Solat tarawih hari ini dikenali dgn solat sunat
Qiyam Ramadhan di zaman Nabawi (Imam al Bukhari, alSahih, 1/342)
Istilah solat tarawih ini dikatakan berasal dari
isteri baginda, Aisyah ra.
"Nabi saw solat malam empat raka'at, kemudian
yatarawwah (berehat), kemudian menyambung solat lagi (dgn lama kadarnya)."
(asySyun'ani, Subulus Salam: 1/11, Darul Fikr)
A'isyah r.a berkata: Rasulullah s.a.w selalu
menganjurkan supaya sembahyang pada malam bulan Ramadhan tanpa mewajibkan atas
mereka sehingga meninggal Rasulullah s.a.w. dan keadaan-nya sedemikian pula
dimasa khilafah Abubakar r.a dan permulaan khilafah Umar r.a. Tetapi kemudian
Umar r.a mengumpulkan orang orang supaya sembahyang jama'ah dengan imam Ubay
bin Ka'ab r.a.(HR Bukhari)
Berkaitan hal tersebut Abul-Laits meriwayatkan
dengan sanad ayahnya dari Ali bin Thalib r.a berkata: Sebenarnya Umar bin
Alkhatthab r.a mengadakan jama'ah sembahyang tarawih itu karena hadits yang dia
dengar daripadaku. Mereka bertanya: Ya Amiralmu'minin apakah hadits itu? Jawab
Ali r.a: Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda:"Sesungguhnya
disekitar Arsy ada tempat bernama Hadhiratul Qudsy dari nur (cahaya) disitu
banyak malaikat yang tidak terhitung banyaknya kecuali Allah sendiri yang
mengetahuinya, mereka beribadat tidak berhenti henti walau sesaatpun, maka bila
tiba malam Ramadhan mereka minta izin kepada Allah untuk turun ke bumi dan
beribadat bersama anak Adam, maka turun mereka tiap malam kebumi untuk
sembahyang bersama anak Adam, maka siapa yang disentuh oleh mereka (malaikat)
atau menyentuh mereka berarti ia telah mendapat bahagia yang tidak akan
menderita kesusahan atau celaka untuk selamanya".
Umar r.a ketika mendengar keterangan hadits itu
lalu berkata: Kamilah yang berhak untuk itu, lalu ia mengumpulkan orang orang
untuk melakukan sembahyang tarawih dan meneggakan-nya.
Ali bin Abi Thalib r.a. keluar pada suatu malam di
bulan Ramadhan maka ia mendengar bacaan Al-Quran di mesjid mesjid, maka Ali r.a
berdoa:
"Semoga Allah menerangi kubur Umar sebagaimana
ia telah menerangi mesjid mesjid kami dengan darusan (bacaan Al-Qur'an)".
Barang siapa dia qiyamuL Romadhon dengan Iman dan
mengharap ridho Alloh maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR
Bukhori)
Imam Ash Shon’aniy dalam Subulussalam berkata,
ampunan dosa yang dijanjikan dalam hadits diatas hanya akan diberikan apabila
kita menjalankan qiyamur Romadhon sebulan penuh. Qiyamur Romadhon atau yang
lebih dikenal dengan sholat tarawih adalah sebuah ibadah yang hanya dilakukan
di dalam bulan romadhon saja.
Nabi Muhammad Saw dalam hadits diatas memberikan
garansi ampunan dari dosa-dosa yang telah lalu, apabila kita dapat
mengerjakannya dengan penuh keimanan kepada Alloh disertai dengan hanya
mengharapkan ridhonya semata.
Imam Muhyiddin An Nawawi mengatakan bahwa dosa yang
akan mendapat maghfiroh dari Alloh swt adalah dosa-dosa kecil yang bersangkutan
dengan haqqulloh, adapun dosa-dosa besar dan yang bersangkutan dengan haqqul
adam maka disyaratkan taubat dan memohon maaf kepada yang bersangkutan.
Lalu berapa rekaatkah sholat tarawih yang sesuai
tuntunan Nabi Saw ?
Para pakar hadits berbeda pendapat tentang bilangan
rekaat dalam sholat tarawih, sebab apabila merunut pada hadits di atas, Nabi
Saw tidak memberikan batasan khusus tentang bilangan rekaat tarawih.
Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam kitabnya Risalah
At Tarawih dengan sangat radikal mengatakan bahwa sholat tarawih lebih dari
sebelas rekaat seperti melaksanakan sholat dzuhur lima rekaat, mafhumnya
menurut al albani melakukan sholat tarawih lebih dari sebelas rekaat hukumnya
haram, sebagaimana haramnya melakukan sholat dzuhur lima rekaat dan dianggap
bid’ah.
Padahal ulama-ulama sholih pada zaman dahulu tidak
ada satupun yang saling cemooh masalah bilangan rekaat tarwih ini meskipun
mereka berbeda pendapat. Imam Syafi’i misalnya beliau lebih menyukai sholat
tarawih 20 rekaat, namun tidak ada kesempitan bagi orang yang menjalankannya
diluar 20 rekaat itu. (ungkapan ini dapat dilihat dalam Fathul Bari Karya Ibnu
Hajjar Al Asqolaniy)
Imam Ahmad Bin Hanbal juga berkata ketika beliau
ditanya oleh Muhammad Bin Nashr Al Marwazi tentang variasi sholat tarawih,
bahwa variasi sholat tarawih itu ada 40 macam dan beliau tidak memberikan
penilaian terhadap salah satupun dari variasi-variasi itu. Pernyataan para
ulama mujtahid mutlak tersebut menunjukkan bahwa umat islam boleh menjalankan
sholat tarawih berapa saja, karena tidak ada ketetapan baku dari Nabi mengenai
hal itu.
Memang ada ulama yang menyatakan bahwa sholat
tarawih 20 rekaat itu merupakan ijma’ (konsensus) para sahabat, seperti Imam
Ibnu Abdil Barr, Imam Ibnu Taymiyah dan Imam Ibnu Qudamah, kendati demikian
mereka toh tidak pernah melarang atau mengharamkan pelaksanaan sholat tarawih
diluar 20 rekaat.
Bahkan Ibnu Taymiyah dalam kitab Al Fatawa ( II/2 )
berkata,” Sesungguhnya jumlah rekaat qiyam Romadhon itu tidak memiliki batasan
yang jelas dari Nabi. Meskipun ada keterangan yang mengatakan bahwa nabi
menjalankan qiyamullail di bulan Romadhon dan diluar ramadhan tidak lebih dari
13 rekaat. Tetapi dalam sholat tersebut beliau memanjangkan bacaannya. Baru
kemudian ketika Umar mengumpulkan orang-orang bermakmum kepada Ubay bin Kaab
untuk melakukan sholat tersebut, Ubay melakukan sholat tarawih dengan 20 rekaat
dengan tiga witir. Dalam sholat itu Ubay memendekkan bacaannya sesuai dengan
jumlah rekaat yang ditambahnya. Hal itu bertujuan untuk meringankan jamaah
daripada memperpanjang satu rekaat.
Ungkapan di atas adalah mengindikasikan bahwa
melaksanakan sholat tarawih 20 rekaat ataupun 11 rekaat diperbolehkan dan tidak
haram sebagaimana yang dikatakan oleh Albani, yang terpenting adalah bacaannya
tartil, tidak tergesa-gesa dan hati dapat khusyu’ menghadap Alloh, Insya Alloh
maghfiroh Alloh sebagaimana yang dijanjikan Nabi akan dapat kita raih.
Di zaman sekarang ini, sudah bukan eranya lagi
mempersoalkan bilangan tarawih, apalagi sampai melontarkan kata-kata bid’ah
bagi saudara kita yang tidak sejalan, sebab masalah ini telah selesai dibahas
dan diteliti oleh ulama-ulama Islam berabad-abad yang lampau.
hamba Allah